Senin, 08 Juni 2015

Manusia dan Harapan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Kata orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang mati sebelum waktu-nya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang dimuka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan cip-taan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.

Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah ke-cenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik.

Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalam keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif, Oleh karena itu dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam tentang manusia dan harapan

B.  RUMUSAN PEMBAHASAN
      Berdasarkan pembatasan masalah diatas, kami merangkum beberapa rumusan masalah   
      yang diangkat antara lain :
      1. Pengertian harapan atau asa
      2. Pengertian harapan dan cita cita
      3. Mengapa setiap orang harus memiliki harapan
      4. 3 Faktor Penting Dalam Membangun Kepercayaan
      5. Nilai – Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan

C.  TUJUAN PENULISAN
      Penulisan makalah mengenai manusia dan tanggungjawab ini mempunyai tujuan antara
      lain :
     1. Mengetahui dan memahami makna harapan.
     2. Mengetahui dan memahami makna harapan dari sumber kehidupan.
     3. Mengetahui dan memahami makna kepercayaan.
     4. Mengetahui dan memahami makna manusia dan harapan
     5. Memahami makna nilai-nilai budaya sebagai tolak ukur

BAB II
PEMBAHASAN
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang.  Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu.  Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.

Pengertian :
Harapan adalah sesuatu yang ingin diraih. Harapan adalah keinginan. Harapan adalah cita-cita. Harapan adalah kenyataan yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Karena itu, kesuksesan di masa depan bermula dari angan-angan saat ini. Sebagai manusia normal seperti yang lainnya, aku pun mempunyai keinginan atau harapan untuk bisa dicapai, dinikmati, didengar, dirasakan dan disyukuri. Seperti yang kutulis di muka, aku menyadari bahwa aku hanya bisa berusaha, hanya bisa berangan-angan. Hasilnya atau keputusannya hanyalah Allah yang menentukan. Apa yang kutulis dibawah ini bukanlah nazarku. Tetapi, Sekali lagi hanyalah keinginan. Aku akan bersyukur ketika terkabul, Bersabar dan menerima ketika tak terkabul.
- contoh harapan :
Saya sangat setuju jika harapan itu selalu ada disamping kita, dimana ada harapan disitulah jalan yang akan kita lewati. Harapan dapat diartikan sebagai keinginan untuk masa depan, karena harapan kita akan menentukan bagaimana masa depan kita nantinya. Sebagai contoh adalah tentang bagaimana sesosok orang tua mengharapkan anaknya sukses dimasa depan, dengan harapan seperti itu anak akan menerima tanggung jawab yaitu untuk sukses di masa depan, dikutip dari sebuah film “Kamu menggenggam kebahagiaan orang lain ditanganmu”. Bahagia orang tua adalah bahagia untuk kita nantinya, tentunya dalam arti sesuatu yang positif.



   







Harapan kita mungkin akan tergantung pada orang lain atau tergantung pada pribadi masing masing. Seperti contoh pada harapan orang tua kepada anaknya, si anak pun akan memiliki harapan untuk sukses, kemudian si anak akan mengusahakan bagaimana caranya sukses. seorang anak yang mengharapkan sukses adalah harapan seorang anak dan sukses itu sendiri adalah harapan orang tua dan pribadi masing masing.
Pada artikel ini saya akan menuliskan harapan harapan, baik untuk saya pribadi maupun untuk masa depan setiap pembaca nantinya. Sesuai dengan contoh yang saya berikan harapan saya tidaklah hanya untuk saya pribadi, namun mungkin orang lain membutuhkan saya untuk sebuah harapan orang tersebut atau saya yang berharap terhadap orang lain.

    1. Membangun pribadi yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
    Saya mengharapkan hal seperti ini karena saya mungkin belum bisa sepenuhnya menghormati atau menghargai orang lain, dan mungkin saya pribadi juga butuh untuk dihargai dan dihormati orang lain. Kadang saya berfikir, apakah yang sedang saya impikan itu diimpikan juga oleh orang lain, namun semua itu tidak akan ada jawabannya. Tetapi kita bisa melihat reaksi dari setiap orang yang mungkin memiliki impian yang sama. Sebagai contoh ketika ada dihalte/ruang tunggu, saya berharap orang di sebelah saya untuk tidak merokok dan mungkin orang orang disekitar pun tidak menginginkan asap rokok mengganggunya, sesaat kita berfikiran untuk menegur namun mungkin ada pribadi yang sungkan untuk menegurnya, tapi kemudian bebereapa orang ada yang berani untuk menegur perokok tersebut, dan kemudian perokokpun akan menyadari, dalam contoh ini perokok adalah orang yang tidak bisa menghormati lingkungan sekitar, namun kita mempunyai harapan pada perokok itu untuk dapat menghormati lingkungan sekitar sampai akhirnya ada tindakan yang dilakukan berupa teguran sebagai tindakan kita untuk mengusahakan harapan kita tercapai.

2.  Membangun lingkungan yang aman
     Belakangan saya sering mendengar tentang maraknya kejahatan di lingkungan kampus atau masyarakat umum. Saya memiliki harapan pada setiap orang untuk saling menjaga satu sama lain demi terciptanya keamanan bersama. Beberapa orang mungkin acuh untuk menanggapi hal ini namun jika kita acuh dan tidak ada rasa ingin aman bagaimana nanti lingkungan kita dapat merasa nyaman dengan kita. Kita saling menjaga satu dengan yang lainnya untuk membentuk sebuah lingkungan yang aman dan tertib. Jika ada seseorang yang merasakan ketidaknyamanan di lingkungan maka akan terbentuk ketidak serasian antara individu dengan individu lain. Seperti yang saya kutip dari sebuah film bahwa “Kamu menggenggam kebahagiaan orang lain ditanganmu” maka apa salahnya kita membuat kenyamanan orang lain terlebih dahulu dengan harapan orang lain akan membuat kenyamanan yang sama, jika setiap orang berpendapat seperti itu maka tidak ada alasan lingkungan menjadi tidak nyaman.
Mungkin ada beberapa orang yang memiliki harapan yang sama akan sesuatu hal yang diharapkan orang lain, sebelum itu maka setiap pribadi masing masing harus menanamkan sebuah harapan pada diri pribadi sebelum diharapkan oleh orang lain.

  Mengapa setiap orang harus memiliki harapan.

  Harapan adalah sebuah kata yang dapat langsung membangkitkan perasaan yang mendalam bagi siapapun yang mendengar ataupun membicarakannya. Ada banyak definisi dari harapan. Entah yang dihubungkan dengan kepercayaan diri maupun dapat berarti landasan untuk melakukan perubahan demi suatu perbaikan bagi pribadi dan sosial.
Jawaban sederhana dari pertanyaan di atas adalah karena harapan memiliki posisi yang sangat penting dalam setiap area kehidupan kita untuk menentukan masa depan kita. Ingatlah bahwa Anda tidak bisa maju dalam karir Anda tanpa harapan. Anda tidak dapat membangun suatu hubungan tanpa harapan untuk memenuhinya. Anda tidak dapat menemukan tujuan Anda dalam hidup tanpa harapan. Anda tidak akan pernah mencapai potensi penuh Anda tanpa harapan.

   Harapan adalah Sumber Kehidupan
   Tanpa harapan, kita akan dengan mudah menyerah dan memohon kematian lebih cepat dari seharusnya. Bukti mengesankan ini tidak hanya terjadi dalam fenomena manusia saja tetapi juga pada hewan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa ketika hewan ditempatkan dalam situasi yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, dan tidak diberi kesempatan untuk melarikan diri, pada akhirnya mereka akan mati secara perlahan karena kehilangan harapan untuk hidup dalam situasi tersebut. Namun pada kasus yang berbeda, jika hewan-hewan itu berada pada situasi tak berdaya, kemudian mereka diberi beberapa waktu untuk mengetahui bahwa ada upaya untuk membebaskan diri dari situasi yang berbahaya itu, maka hewan-hewan itu akan hidup lebih lama dan terus berusaha melepaskan diri dari situasi tidak menyenangkan itu.

    Ketika seorang pasien divonis bahwa hidupnya tinggal beberapa bulan lagi, lalu ia menyerahkan semuanya termasuk harapan untuk mendapatkan kembali kesehatannya, maka persentase tingkat kehidupannya akan berkurang dari beberapa minggu. Namun lain halnya ketika ia memiliki harapan dan motivasi untuk terus hidup, maka ia dapat bertahan melebihi batas waktu kehidupan yang diberikan. Mengapa bisa terjadi demikian? Pada dasarnya orang-orang yang tidak memiliki keinginan untuk hidup lebih lama, akan memiliki peluang hidup yang sangat rendah, untuk mengalahkan ketakutan mereka. Mereka akan kehilangan kepercayaan diri. Siapapun yang menganggap tidak ada kesempatan untuk melarikan diri dari situasi yang sulit, akan membuat mereka menyerah kalah sebelum berperang. Mereka mati bukan karena tidak ada jalan keluar tetapi mati karena rasa putus asa.
Ada sebuah kisah nyata tentang seorang pria yang terjebak dalam sebuah pendingin ruangan di perusahaan tempat ia bekerja. Dengan hanya mengenakan kaos tipis pada saat itu, dia mencoba untuk menggedor-gedor pintu dengan harapan rekan-rekan kerja yang lain mendengarnya. Tetapi karena hari telah malam dan jam kerja telah usai, hanya ia sendirian di sana. Berbagai macam kemungkinan muncul di dalam pikiran pria itu, bagaimana ia mati dan ditemukan oleh rekan kerjanya keesokan pagi atau mungkin beberapa hari kemudian jika kantor libur esoknya. Pada dasarnya ia telah berhenti berharap dan pada saat itu ia merasakan kedinginan yang sangat kuat. Keesokan paginya rekan-rekan kerjanya menemukan dia mati membeku. Yang paling mengherankan adalah dia mati karena kedinginan dengan suhu normal ruangan dengan pintu tidak terkunci sama sekali. Dia meninggal karena keyakinannya bahwa ia tidak punya peluang untuk hidup. Dia putus asa dan karena itu ia mati.
Sesungguhnya mesin penggerak manusia adalah harapan. Hanya orang yang memiliki harapan yang mampu bertahan hidup dalam ujian yang ringan maupun berat. Hanya pemburu harta karun yang memiliki harapan menemukan sesuatu yang ia cari, akan menemukan harta karun itu. Hanya orang-orang yang memiliki harapan untuk perdamaian dan percaya bahwa mereka bisa menyumbangkan sesuatu untuk itu, akan menciptakan ketentraman. Hanya penjual yang memiliki harapan bahwa ia akan menemukan pelanggan untuk produknya, berhasil menjual produk-produknya. Hanya atlet yang memiliki harapan, yang akan menang untuk mendukung semua upaya latihannya selama ini. Hanya dia yang percaya bahwa ada solusi untuk masalah, yang akan mengambil upaya untuk menemukan solusi itu. Tanpa harapan, tidak akan ada kemajuan, kelangsungan hidup dan masa depan.
   Optimislah

   Dengan rasa optimis, rasa percaya diri, dan penuh harapan, membuat kita dapat menuai lebih banyak sisi positif daripada orang-orang yang hanya bersikap pesimis atau menertawakan harapan kita. Mimpi, harapan, dan visi akan memotivasi kita untuk menunjukkan pada orang-orang tersebut bahwa sesuatu yang tidak mungkin dapat menjadi mungkin.
Optimisme akan menegaskan harapan bahwa hal-hal berkembang sesuai dengan keinginan mereka. Mereka yakin bahwa mereka akan menemukan solusi untuk masalah-masalah yang mungkin timbul. Dan karena mereka percaya bahwa ada solusi untuk masalah yang muncul, maka solusi itu pun ditemukan.
Sedangkan pesimisme adalah bagian dari ketidakpercayaan diri untuk menemukan solusi untuk masalah mereka. Tentu saja pada awalnya tidak ada sikap pesimis. Tetapi dengan berjalannya waktu, sikap ini muncul akibat adanya pikiran dan keyakinan bahwa mustahil mencari sesuatu dari hal yang diyakini tidak ada. Artinya mereka tidak memiliki harapan.
Jangan takut untuk bermimpi tentang masa depan yang lebih baik. Jika Anda berhenti bermimpi, kita telah kehilangan semua harapan. Berpikir positif dan bermimpilah, karena benih untuk kehidupan yang lebih baik adalah dengan menanam. Sampai muncul benih dan berbuah, hal itu hanya membutuhkan waktu yang agak lama saja. Harapan selalu ada di setiap situasi apapun. Tidak pernah ada situasi yang tidak menawarkan harapan. Yang perlu kita lakukan adalah tidak putus asa.

Nilai – Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan

Dalam hasil budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain terdapat nilai budaya meliputi:

a. nilai kejuangan dan semangat pengorbanan,

    yaitu nilai perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan,dll

b. nilai kerumahtanggaan

    yaitu nilai yang diharapkan berkembang dalam etiap keluarga.

c. Nilai kemandirian kaum wanita

    yaitu, Nilai yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita.

Bicara kepercayaan, setiap orang memaknai dan mendefinisikan kepercayaan berbeda-beda. Secara pribadi, definisi kepercayaan adalah adalah keyakinan bahwa orang lain tempat kita bergantung akan memenuhi harapan-harapan kita.
Adalagi yang berpendapat bahwa kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).
Lain lagi menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya (Mayer et al, 1995).
Dalam dunia bisnis maupun dalam hidup bermasyarakat dalam berinteraksi kepercayaan adalah sesuatu hal yang sangat mahal nilainya dan untuk mendapatkannya pun perlu perjuangan apalagi mempertahankan yang namanya kepercayaan.
Ketika seseorang dipercaya di lingkungan kerja, di dunia bisnis maupun di lingkungan masyarakat, maka banyak hal akan berjalan dengan baik dan mudah, namun sebaliknya ketika rasa percaya itu hilang maka secara perlahan kesulitan akan hadir. Seorang pengusaha misalnya, ketika rekan bisnisnya tak lagi menaruh kepercayaan, maka satu persatu rekan atau kolega bisnisnya akan meninggalkannya, demikian pula dalam sebuah persahabatan.
Begitu demikian luhurnya arti sebuah kepercayaan, sehingga butuh waktu untuk membangun dan mempertahankannya Kepercayaan tidak datang dengan tiba-tiba, dia harus dibangun, dan dipertahankan untuk selama-lamanya. Ada beberapa orang yang bisa membangun tetapi kurang pandai dalam mempertahankan. Elemen-elemen atau faktor apa sajakah yang harus diperhatikan dalam membangun dan mempertahankan sebuah kepercayaan.
Tiga elemen atau faktor penting yang perlu dilakukan untuk membangun serta mempertahankan kepercayaan, diantaranya adalah :
1.   Kredibilitas
    Mengapa kredibilitas…? Karena kredibilitas merupakan hal sangat penting untuk diperhatikan. Semakin bagus kualitas dan kapabilitas seseorang, atau bisnis yang sesuai dengan bidangnya akan semakin kredibel dimata konsumen.
Untuk mewujudkan kredibilitas seseorang pun perlu waktu yang tidak singkat dan butuh proses mengenal diri kita. Mungkin hal ini tidak sejalan dengan ungkapan “Jangan melihat buku dari sampulnya atau jangan menilai orang dari penampilannya” tetapi dalam hal bisnis kesan pertama sangat membangun kredibilitas dan kepercayaan konsumen. Penampilan saja memang tidak cukup untuk menilai atau mengukur kredibilitas seseorang. Karena lamanya waktu yang dibutuhkan itulah maka disini perananan kredibilitas menjadi menjadi learning poin.
2.    Kedekatan
   Kedekatan merupakan faktor kedua yang sangat penting dalam membangun kepercayaan, seseorang memiliki kredibilitas tetapi tidak punya kedekatan dan tidak mampu untuk berkomunikasi dengan baik, maka kepercayaan pun sulit di wujudkan. Contoh kecil misalnya, kita sedang butuh seorang guru les matematika untuk adik kita, lalu kita diperkenalkan dengan seorang guru les matematika yang memiliki kredibilitas. Kemudian kita pun berusaha untuk menghubungi dia via ponsel tetapi tak pernah ada jawaban, sementara waktu semakin bergulir dan semakin dekat. Dengan awal yang sulit seperti itu akankah kita bisa percaya kepada seorang guru les yang direkomendasikan teman kita…? Lalu bagaimana misalnya dia akan memberikan kita kepercayaan atas progress pelajaran yang telah diberikan. Disinilah arti pentingnya sebuah kedekatan. Kredibilitas akan menjadi sangat tidak berarti jika tidak di imbangi dengan kedekatan.
3.    Reliabilitas atau keandalan
     Reliabilitas merupakan pembuktian apakah seseorang bisa memenuhi hal-hal yang diharapkan oleh relasi, sahabat atau orang sekitar. Atau apakah penjual bisa memenuhi hal-hal yang diharapkan dari para konsumennya. Dari ketiga elemen, reliabilitas ini faktor yang terpenting dalam membangun apalagi mempertahankan kepercayaan.
Kita bisa saja salah menilai orang dalam kredibilitas dan kedekatan karena hanya berdasar pada penilaian sesaat, tapi kita tidak akan salah menilai orang berdasarkan reliabilitas atau kehandalannya.Kelemahan dari reliabilitas ini butuh proses dan waktu untuk menampakkan diri, sedangkan kita dalam menilai seseorang terkadang memerlukan waktu yang cepat.
Untuk membuktikan reliabel atau tidaknya seseorang kita perlu membuktikan janji, atau dalam bisnis apa yang disampaikan pada kesepakatan apakah terbukti atau tidak. Oleh karena itu, dalam bisnis ada hal-hal yang bisa diperhitungkan yang kemudian perhitungan itu mendasari pada keputusan yang akan diambil. Perhitungan bisa berupa target bisnis atau progress yang akan dilalui atau adanya indikator kemajuan atau kemunduran bisnis.
Dalam berbisnis, bersahabat maupun dalam lingkungan masyarakat,kepercayaan bisa jadi sebagai modal utama. Apapun bisnisnya, siapapun sahabat kita pasti membutuhkan yang namanya kepercayaan. Karena sekali saja kita kehilangan keperayaan maka untuk mendapatkannya kembali butuh waktu yang sangat lama dan tidak mudah. Sesuai dengan tulisan yang ada di atas ini, arti dari kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya.


Daftar Pustaka
[1.] http://id.wikipedia.org/wiki/Harapan
[4.] Tri Prasetya, Drs. Joko, dkk. 1991. Ilmu Budaya Dasar ; Jakarta. Rineka Cipta

[5.]  http://www.kompasiana.com/9681/3-faktor-penting-dalam-membangun-
        kepercayaan_552a035ef17e615449d623c7

Teknologi Informasi dan Multimedia #MULTIMEDIA_APRIL

       Pendahuluan Mengenai Physical Layer        Penjelasan Awal dari sebuah Physical Layer yakni dengan menjelaskan Apa itu Model OS...