PERAWATAN MESIN (MAINTENANCE) & PERBAIKAN MESIN (REPAIR)
Perawatan pada suatu industri merupakan salah satu faktor penting untuk
mendukung aktivitas produksi yang memiliki daya saing di pasaran. Pengertian
dari perawatan yaitu berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu
barang, memperbaikinya hingga kondisi yang dapat diterima.
Menurut,A.K Govil, 1983 ”Perawatan” adalah suatu kombinasi
dari setiap tindakan yang di lakukan untuk menjaga barang atau untuk
memperbaikinya sampai pada suatu kondisi
yang bisa di terima.
A. Manfaat dari
Perawatan antara lain :
1. Agar
mesin-mesin industri, bangunan, dan peralatan lainnya selalu siap pakai
secara optimal.
2. Untuk menjamin
kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal yang telah
ditanamkan hingga mendapatkan keuntungan yang besar.
Perbaikan (Repair)
adalah kegiatan mengganti atau memperbaiki sebagian dari peralatan yang rusak
agar dapat beroperasi kembali sesuai fungsi dan kemampuannya seperti keadaan
sebelum rusak.
Ada istilah
maintenance corrective pada suatu proses maintenance and repair yaitu proses
mengganti beberapa komponen yang rusak. Lalu, apa perbedaan maintenance
corrective dengan perbaikan? Pada corrective maintenance, ada alat yang
diganti. Namun alat yang diganti tersebut sebenarnya masih bisa berfungsi hanya
saja performanya sudah mulai menurun. Bedanya dengan repair (perbaikan), alat
yang diganti pada proses repair adalah alat yang sudah tidak dapat berfungsi
bahkan menghambat kinerja suatu alat.
Tahap Maintenance Dan Repair
1. Diagnosa : Kegiatan
yang dilakukan untuk mendeteksi kesalahan
2. Pengukurang/pengujian/troubleshooting
3. Menentukan kerusakan
4. Perbaikan/Perawatan
Departemen Perawatan
Departemen
perawatan merupakan departemen yang bertanggungjawab terhadap kegiatan
perawatan dan perbaikan sarana yang ada di dalam suatu industri. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen perawatan adalah:
1.Jenis
pekerjaan
2.Kesinambungan
pekerjaan
3.Situasi
geografis pabrik
4.Ukuran pabrik
5.Kehandalan
tenaga kerja terlatih
Konsep
dasar dalam organisasi departemen perawatan antara lain:
1. Pembatasan wewenang untuk menghindari
tumpang tindih kekuasaan
2. Hubungan vertikal antara atasan dan bawahan
yang menyangkut masalah wewenang dan tanggung jawab dibuat sedekat mungkin
3. Penentuan jumlah pekerja yang ditangani oleh
seorang pengawas
4. Susunan personil dalam organisasi
Prinsip
organisasi departemen perawatan antara lain :
1. Perencanaan
organisasi yang logis
2. Fasilitas
memadai
3. Supervisi yang efektif
4. Sistem
dan kontrol yang efektif
Klasifikasi Sistem Maintenance (Perawatan)
Menurut Govil (1983: 103) Tindakan pemeliharaan terhadap mesin
proses produksi di bagi dalam dua bentuk yaitu :
1.Pemeliharaan tak terencana.
2. Pemeliharaan terencana.
Pemeliharaan terencana di bagi menjadi dua aktivitas utama yaitu :
1. Pencegahan
2. Korektif
Jenis-jenis Perawatan
Perawatan sarana dalam suatu industri terbagi menjadi 2 kegiatan yaitu
kegiatan perawatan dan kegiatan perbaikan. Kegiatan perawatan adalah kegiatan
pencegahan kerusakan. Kegiatan perbaikan adalah kegiatan untuk memperbaiki
kerusakan. Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan,
dapat dibagi menjadi dua yaitu perawatan terencana dan perawatan tidak
terencana. Pembagian jenis dari perawatan terencana dengan interval waktu yang
telah ditentukan dan perawatan tidak
terencana dapat dilihat di gambar berikut :
A. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance )
Kegiatan Perawatan ini adalah kegiatan yang di lakukan untuk mencegah
timbulnya kerusakan, dan menemukan kondisi yang dapat menyebabkan sistem
mengalami kerusakan pada waktu di gunakan dalam proses produksi,
Kegunaan dari perawatan pencegahan ini antara lain adalah untuk :
1. Menghindari kerusakan yang akan dapat mengakibatkan terhentinya
proses produksi.
2. Menghindari turunnya kualitas dan kuantitas hasil produksi sebagai
akibat dari kerusakan komponen yang
bersifat kritis.
perusahaan.
Selain itu preventive maintenance ini sangat penting karena
kegunaanya yang sangat efektif dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi
yang termasuk dalam golongan “critical
unit”.
Sebuah fasilitas atau peralatan produksi akan termasuk dalam
golongan “Critical Unit” apabila :
1. Kerusakan fasilitas produksi tersebut akan menyebabkan kemacetan
seluruh proses produksi.
2. Kerusakan fasilitas produksi ini akan menimbulkan biaya yang cukup
besar karena perbaikan yang harus di lakukan dan kerugian produksi yang harus
di tanggung oleh perusahaan.
3. Kerusakan fasilitas ini akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas produk yang di hasilkan.
4. Modal yang di tanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga dari
fasilitas ini adalah cukup besar atau mahal.
Dalam pelaksanaanya, kegiatan perawatan pencegahan ini dapat di
bedakan atas dua macam,yaitu :
1.Perawatan Rutin (Routine Maintenance)
yaitu kegiatan perawatan
yang di lakukan secara rutin,misalnya setiap hari. Sebagai contoh adalah
a.kegiatan pembersihan mesin dan peralatan,
b.pemberian minyak pelumas,
c.pengecekan bahan bakar, dan sebagainya.
2. Perawatan berkala (periodic Maintenance)
yaitu kegiatan perawatan
yang di lakukan secara berkala (periodic) atau dalam jangka waktu tertentu,
misalnya setiap satu minggu sekali, lalu meningkat satu bulan sekali, dan
akhirnya setiap setahun sekali. Perawatan berkala ini dapat pula di lakukan dengan
memakai lamanya jam kerja mesin.
3. Perawatan Perbaikan (Corretive
Maintenance )
Kegiatan perawatan
merupakan kegiatan yang di lakukan setelah sistem mengalami kerusakan atau
dengan kata lain sistem tersebut sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.
Kegiatan perawatan ini juga sering di sebut sebagai kegiatan reparasi (repair maintenance), yang
biasanya terjadi karena kegiatan perawatan pencegahan tidak di lakukan sama
sekali ataupun karena kegiatan perawatan pencegahan telah di lakukan namun pada
suatu waktu tertentu fasilitas produksi tersebut tetap rusak.
Istilah-istilah Maintenance
1.Avalabality
Adalah Perioda waktu dimana alat/fasilitas dalam keadaan siap untuk
dipakai/dioperasikan.
2. Downtime
Adalah Perioda waktu dimana alat/fasilitas dalam keadaan tidak dapat
dipakai/dioperasikan.
3. Breakdown
Adalah aktivitas maintenance (pemeliharaan) yang dilakukan sebagai reaksi
atau tindakan segera yang menduduki prioritas utama untuk mengembalikan kondisi
peralatan atau mesin pada kondisi atau keadaan normal setelah mengalami
kegagalan fungsi yang mengakibatkan peralatan tersebut berhenti beroperasi.
4. Overhaul
Adalah Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh thdap suatu fasilitas
atau sebagian dari fasilitas shgg mencpai standard yang di terima.
5. Perhitungan Efisiensi Mesin
Adalah ukuran menyeluruh yang mengidentifikasikan tingkat produktifitas
mesin dan kinerja secara teori.Bertujuan untuk mengetahui area mana yang perlu
untuk ditingkatkan produktivitas maupun efisiensi mesin dan dapat juga
menunjukan area bottleneck yang terdapat di lintasan produksi.
6. Maintainability
Adalah probabilitas pada kegagalan suatu item untuk dikembalikan kepada
kondisi awal operasional.
7.Reliability
Adalah probabilitas suatu item untuk bekerja secara normal untuk jangka
waktu operasional.
8. Mission time
Adalah waktu operasional suatu item.
9. Logistictime
Adalah Sebagian waktu downtime yang digunakan untuk menunggu spare part
10. Failure
Adalah ketidakmampuan suatu item untuk beroperasi.
11. Serviceability
Adalah Tingkat kemudahan atau kesulitan pada item yang dapat dikembalikan
ke kondisi kerjanya.
12. Redundancy
Adalah keberadaan lebih dari satu alat untuk mencapai satu fungsi yang
ditentukan.
13. Failure Mode
Adalah keadaan abnormal dari kinerja suatu item yang menjadi pertimbangan
pada item tersebut karena menyebabkan kegagalan.
14. Useful life
Adalah Jarak waktu suatu item beroperasi dan berproduksi.
15. Corrective Maintenance
Adalah maintenance yang tidak
terjadwal untuk mengembalikan pada peforma semula.
16. Continuous task
Adalah Sebuah kegiatan yang mlibatkan monitoring terhadap suatu item.
17. Active repair time
Adalah periode saat downtime saat manpower bekerja memperbaiki suatu item.
18. Inspection
Adalah observasi secara kualitatif dari kondisi
item.
Selain
istilah-istilah tersebut, terdapat istilah lain yaitu 6 big losses. 6 big
losses adalah 6 kerugian yang menyebabkan rendahnya produktivitas peralatan. 6
kerugian tersebut antara lain:
1. Kerugian
karena kerusakan (breakdown), Kerusakan peralatan menyebabkan waktu terbuang sia-sia yang
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan akibat berkurangnya volume produksi atau
kerugian material akibat produk yang
dihasilkan cacat
2. Kerugian karena
pemasangan dan penyetelan (setup and adjustment losses), Kerugian karena
pemasangan dan penyetelan adalah semua waktu pemasangan dan waktu penyesuaian
yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan mengganti jenis produk ke ke jenis
produk berikutnya untuk produksi selanjutnya. Dengan kata lain, total kebutuhan
mesin tidak berproduksi guna mengganti peralatan.
3. Kerugian
karena operasi berhenti (small stop), Kerugian karena mesin beroperasi tanpa beban maupun karena berhenti
sesaat muncul jika factor eksternal mengakibatkan mesin atau peralatan berhenti
berulang-ulang atau beroperasi tanpa
menghasilkan produk.
4. Kerugian
karena penurunan kecepatan operasi (reduced speed), Menurunnya produksi timbul
jika kecepatan operasi actual lebih kecil dari kecepatan mesin yang telah
dirancang beroperasi dalam kecepatan normal.
5. Kerugian
karena produk cacat (process defect losses), Produk cacat yang dihasilkan akan
mengakibatkan kerugian material, mengurangi jumlah produksi, limbah produksi
meningkatkan dan peningkatan biaya untuk pengerjaan ulang. Kerugian akibat
pengerjaan ulang termasuk biaya tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan untuk
berproduksi kembali.
6. Kerugian pada awal produksi (reduced yield losses), Kerugian ini
timbul selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin atau peralatan untuk
menghasilkan produk baru dengan kualitas produk yang diharapkan. Kerugian yang
timbul bergantung pada faktor seperti kondisi operasi yang tidak stabil, tidak
tepatnya penanganan dan pemasangan peralatan ataupun operator tidak mengerti
dengan kegiatan produksi yang dilakukan.
Keuntungan adanya
Departement MR dibandingkan kontraktor dari luar
Adapula keuntungan yang didapat dengan
adanya Departement MR ini, yaitu :
1.Kerugian
waktu operasi / produksi dapat diperkecil
Dengan adanya maintenance secara berkala
dari bagian department MR ini, tentunya kerugian dalam hal operasi / produksi
dapat diperkecil karena pengendalian dari bagian department MR ini.
2. Biaya perbaikan mesin yang mahal bisa dikurangi
Dengan adanya department MR ini, segala
macam biaya dari perbaikan mesin bisa dikurangi karena pengawasan dari
department MR ini yang langsung bekerja sama dengan department yang lainnya
didalam sebuah perusahaan.
3. Mesin bisa diawasi secara berkala
Dikarenakan adanya
department MR ini, mesin-mesin yang ada didalam perusahaan dapat di control /
diawasi secara langsung oleh anggota dari bagian department MR ini.
4. Menghemat biaya operasional perusahaan
Dengan adanya department MR yang dibentuk
sendiri oleh perusahaan, maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang
cukup besar untuk menyewa sebuah department maintenance dari luar.
DAFTAR PUSTAKA